Senin, 09 Januari 2017

Love ? What Is It Actually Based On?

Memang sepertinya sudah sifat manusia untuk menilai dari apa yang tampak, terlebih di jaman sekarang yang segalanya sudah serba instan. Berikut adalah sebuah analogi sederhana untuk menggambarkan kalimat yang saya maksud di awal paragraf.

Contoh analogi :
A: "aku benar-benar berfikir cinta itu bukan didasari dari kerja keras"
A: "tidak kah kamu berfikir begitu?"
B: "lalu apa yang mendasari itu?"
A: "kamu meminta segelas air panas, kemudian aku bergegas menyiapkan air, kemudian memasaknya, aku terlebih dahulu membelah kayu, menyalakan api nya, meniupnya hingga menjadi besar, menunggu mendidih, dan kemudian bersiap untuk menyajikannya. Namun, muncul seseorang berjalan ke arah dispenser, menekan tombol yang kemudian langsung mengeluarkan air panas. lalu memberikan airnya kepadamu, lantas selang beberapa lama aku pun datang membawakan segelas air panas yang kamu minta. kamu akan dengan mudah menerima gelas pemberian dari seseorang tersebut daripada diriku. kenapa? Karena kamu tidak akan memikirkan bagaimana proses dibaliknya."

Kamu menginginkan sesuatu dari seseorang, mungkin kamu memiliki pengharapan. Aku bekerja dengan keringat darah dan air mata untuk mencapai apa yang kamu harapkan. Kemudian tiba-tiba orang lain muncul begitu saja dan membawa sesuatu yang selama ini kamu cari. so, you go with them instead.


Hanya karena itu tidak bekerja baik dengan mu, bukan berarti ada yang salah dengan dirimu.


2 komentar:

Anonim mengatakan...

nggak paham maksudnya apa:(

Unknown mengatakan...

then you have to change something that you called love to be universal as human. Lets say just saling menyayangi sebagai sesama manusia. Jadi tidak ada perasaan dan ekspektasi yang hancur ketika cinta itu pergi. Padahal teman dan keluarga dapat dijadikan cinta juga :)